Ketika para sahabat tengah asyik berkumpul dengan Nabi Muhammad Saw., tetiba datang seorang pemuda menghampiri Kanjeng Nabi. Kedatangannya bukan hendak nimbrung bersama para sahabat ataupun meminta fatwa pada nabi. Tujuan satu-satunya ialah ingin meminta-minta. Konon pemuda tersebut berasal dari kalangan Anshar.
Alih-alih memberikan sesuatu, kanjeng nabi malah bertanya: “Adakah sesuatu di rumahmu?” pemuda itu menjawab “Tentu ya nabi”. “Kalau begitu bawalah kemari!” perintah nabi. Buru-buru si peminta-minta undur diri untuk mengambil dua barang yang dimilikinya itu.
Tak lama kemudian, pemuda tersebut kembali dengan membawa sebuah mangkok dan selembar kain pakaian. Nabi mengambil selembar kain dan mangkok tersebut lantas menawarkannya kepada para sahabat yang hadir.
Setelah proses tawar-menawar, akhirnya nabi menjual kedua barang itu kepada seorang sahabat yang ‘berani’ membelinya seharga dua dirham. Dua dirham hasil penjualan tersebut nabi berikan kepada pemuda si peminta-minta seraya berkata: “Belilah makanan dengan satu dirham ini lalu berikan kepada keluargamu. Satu dirhamnya lagi gunakanlah untuk membeli kapak dan bawalah kemari.”
Bagaimanapun pemuda tersebut adalah seorang sahabat yang senantiasa tunduk dan patuh pada kanjeng nabi di mana pun dan dalam keadaan apa pun. Tak pelak, uang dua dirham yang diberikan kepadanya, ia pergunakan sesuai perintah nabi.
Beberapa saat setelahnya, pemuda Anshar itu kembali lagi menemui nabi dengan sebilah kapak di tangannya. Nabi lalu mencontohkan bagaimana cara membelah kayu dengan kapak itu dan berkata: “Pergilah, cari kayu bakar, lalu jual. Dan aku tidak mau melihatmu selama 15 hari.”
Lagi-lagi ia mematuhi apa yang diperintahkan nabi kepadanya. Ia benar-benar mencari kayu bakar lalu menjualnya. Begitu setiap hari hingga 15 hari.
Lima belas hari pun berlalu, tak dinyana ia telah menghasilkan uang sebanyak 15 dirham sehingga dapat membeli makanan dan pakaian. Ia pun datang kepada nabi untuk memberitahukan hal itu. Maka nabi bersabda :
هَذَا خَيْرٌ لَكَ مِنْ أَنْ تَجِيءَ الْمَسْأَلَةُ نُكْتَةً فِي وَجْهِكَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ، إِنَّ الْمَسْأَلَةَ لَا تَصْلُحُ إِلَّا لِثَلَاثَةٍ: لِذِي فَقْرٍ مُدْقِعٍ، أَوْ لِذِي غُرْمٍ مُفْظِعٍ، أَوْ لِذِي دَمٍ مُوجِعٍ
“Ini (mencari dan menjual kayu bakar) lebih baik bagimu daripada meminta-minta (di dunia) yang akan menodai wajahmu kelak di hari kiamat. Sesungguhnya meminta-minta tidak layak kecuali bagi 3 golongan; orang yang sangat fakir; orang yang terlilit hutang; dan orang yang memiliki tanggungan diyat tapi tidak punya harta untuk membayarnya.” (HR. Ibnu Majah dan Abu Dawud)
Kisah yang terabadikan dalam hadis ini menunjukkan betapa mulianya mandiri secara ekonomi dan buruknya meminta-minta. Lebih dari itu kisah tersebut mengajarkan langkah yang seharusnya ditempuh pemimpin dalam membangun kemandirian ekonomi rakyatnya.
Sikap nabi, alih-alih memberikan pemuda si peminta-minta uang yang bisa habis dalam sekejap, beliau justru menyuruhnya menjual barang yang ia punya untuk dibelikan kapak. Dengan kapak itu ia bisa mencari kayu bakar untuk kemudian dijual. Dan dengan hasil penjualan kayu bakar itulah, pemuda tersebut bisa terus bertahan hidup tanpa meminta-minta. (AN)
Desain Rumah Kabin
Rumah Kabin Kontena
Harga Rumah Kabin
Kos Rumah Kontena
Rumah Kabin 2 Tingkat
Rumah Kabin Panas
Rumah Kabin Murah
Sewa Rumah Kabin
Heavy Duty Cabin
Light Duty Cabin
Source link